Terkadang
aku berpikir, mengapa aku seperti ini? Mengapa aku bodoh? Mengapa aku tidak
mudah menyerah padahal semuanya sudah jelas? Sudah jelas terlihat tetapi masih
saja aku ingkari.
Semua rasa dan kata yang terus menghantuiku sudah aku
sampaikan. Memang tidak semua, dan tidak bisa menggambarkan sepenuhnya apa yang
aku rasakan. Tetapi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Saat
di mana logika dan akal sehatku berkata untuk terus maju dan meninggalkan masa
lalu itu. Saat di mana sekitarku sudah menyerah kepadaku sejak lama. Tetapi apa
yang aku lakukan? Aku terus berkata kepada mereka untuk bertahan sebentar saja.
Bertahan sebentar seperti apa yang egoku inginkan.
Apakah aku harus menunggu sampai akal sehatku menghilang
dan menyerah kepada diriku sendiri? Mungkin memang perlu seperti itu untuk
menyadarkan diriku ini. Diriku yang entah keras kepala, bodoh, atau yang senang
menyakiti diriku sendiri. Tetapi apakah sebenarnya akal sehatku memang sudah mulai meninggalkan diriku sedikit demi sedikit? Menyerah kepadaku seperti air mata itu .
Lalu, pada apakah aku harus bertahan? Tidak ada lagi yang
membantuku untuk bertahan. Tubuhku sudah menyerah sejak lama. Akal sehatku
sudah tidak mau bekerja lagi. Air mata, air mata yang dapat mewakili perasaan
dan egokupun sudah turut menyerah. Karena memang tidak ada yang bisa aku
tunggu. Ia yang aku tunggu, sudah sejak lama menyerah kepadaku .