Kepada kamu yang mungkin sedang menatap langit malam yang sama, walaupun
kita saat ini terpisahkan 485km jauhnya. Langit malam yang menjadi saksi bisu
tentang cerita aku dan kamu. Yang menjadi saksi di mana dan bagaimana kita
bertemu. Yang menjadi saksi di mana jantungku mulai berdetak untuk pertama
kalinya ketika kamu berada didekatku. Menjadi saksi di mana senyumku
berpendar hanya untukmu seorang. Yang menjadi saksi di mana pertamakali aku
merasakan hangat tubuhmu dan mencium aroma tubuhmu, yang ternyata
menjadi salah satu hal favorit dalam 22 tahun aku bernafas. Menjadi saksi di
mana relungku menjadi satu dengan relungmu, menyerahkan seluruh jiwa dan
ragaku untuk pertama kalinya. Menjadi saksi di mana kecupan manis itu terbuat,
yang ternyata menjadi awal dari sebuah elegi kehidupanku. Dan menjadi saksi
terakhir di mana air mataku yang mendesak keluar ketika kamu menutup buku
tentang cerita antara aku dan kamu. Atau bahkan menjadi saksi pada malam-
malam yang menguras air mataku, yang tidak bisa aku kendalikan. Terlalu
banyak yang mereka lihat dan rasakan .
Kepada kamu yang terus merasuki ingatanku . Selalu menemani ingatanku di
setiap detik aku bernafas, di setiap langkah aku berjalan. Ingatanku kepadamu
seperti lumut yang sudah berkerak, yang tidak bisa dengan mudah aku hilangkan
dari memori. Apakah beribu bintang yang berpendar itu telah menyampaikan
rasa rinduku kepadamu? Apakah angin malam telah membisikkan kepadamu
kata-kata rindu yang aku ingin sampaikan kepadamu? Rasa rindu yang selalu
aku titipkan kepada mereka disetiap malam yang kulalui tanpa dirimu
disampingku. Yang tidak bisa aku sampaikan secara langsung, karena aku terlalu
takut akan kenyataan yang ada. Rasa rindu yang terus menggerogoti diriku,
seperti binatang buas yang ingin menghabisi sisa-sisa dalam diriku.
Apakah kamu tau bahwa terkadang aku merasa iri dengan malam. Di mana beribu bintang dapat menatap keindahan dirimu dengan mudahnya. Di mana angin malam dapat membelai dan mendekapmu dengan mesra, menyelimuti setiap inchi tubuhmu. Sesuatu yang dapat aku lakukan dengan mudahnya saat itu, tetapi tidak bisa aku lakukan dengan jarak dan situasi yang memisahkan kita.
Tapi aku tidak bisa menyalahkan jarak yang ada di antara aku dan kamu. Langit malam tau, bahwa bukan itu yang membuatku tidak dapat menyentuh setiap inchi tubuh dan jiwamu. Jarak antara fisikmu dengan fisikku tidak bisa mengalahkan jarak yang ada di antara jiwa kita. Aku, seperti virus dalam tubuhmu, yang sudah kamu musnahkan dengan cepat sejak lama. Virus yang tidak ingin kamu biarkan berlama-lama bersarang di dalam tubuh dan ingatanmu.
Andai saja aku dapat menganggapmu sebagai virus, seperti kamu menganggap keberadaanku di kehidupanmu. Karena langit malam tau bahwa aku tidak bisa melakukan itu. Oleh karena itu, kepada kalian langit malam, aku titipkan kembali rasa rinduku kepadanya. Jagalah dia seperti aku selalu menjaganya disetiap doa
yang terucap di bibirku.
Apakah kamu tau bahwa terkadang aku merasa iri dengan malam. Di mana beribu bintang dapat menatap keindahan dirimu dengan mudahnya. Di mana angin malam dapat membelai dan mendekapmu dengan mesra, menyelimuti setiap inchi tubuhmu. Sesuatu yang dapat aku lakukan dengan mudahnya saat itu, tetapi tidak bisa aku lakukan dengan jarak dan situasi yang memisahkan kita.
Tapi aku tidak bisa menyalahkan jarak yang ada di antara aku dan kamu. Langit malam tau, bahwa bukan itu yang membuatku tidak dapat menyentuh setiap inchi tubuh dan jiwamu. Jarak antara fisikmu dengan fisikku tidak bisa mengalahkan jarak yang ada di antara jiwa kita. Aku, seperti virus dalam tubuhmu, yang sudah kamu musnahkan dengan cepat sejak lama. Virus yang tidak ingin kamu biarkan berlama-lama bersarang di dalam tubuh dan ingatanmu.
Andai saja aku dapat menganggapmu sebagai virus, seperti kamu menganggap keberadaanku di kehidupanmu. Karena langit malam tau bahwa aku tidak bisa melakukan itu. Oleh karena itu, kepada kalian langit malam, aku titipkan kembali r